Seorang ilmuwan muslim, Tanthawi Jauhari di dalam bukunya Al-Jawahir fi at-Tafsir al-Qur’an al-Karim menyatakan lebih dari 750 ayat di dalam Al Qur’an yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan dan hanya sekitar 150 ayat yang berbicara masalah fikih. Subhanallah.
Itu adalah salah satu indikasi betapa Islam sangat memuliakan ilmu pengetahuan dan menuntut setiap muslim untuk terus belajar. Ilmu pengetahuan pula yang membuat segala sesuatu lebih mudah.
Ayat-ayat di dalam Al Qur’an yang membahas ilmu pengetahuan antara lain:
- Proses pembentukkan hujan. Ini ada di dalam QS. Ar Ruum ayat 48,
“Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira.”
- Isyarat adanya atom, seperti yang ada di dalam QS. Yunus ayat 61,
“Dan tidakkah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu ayat Al Qur’an serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah, baik di bumi ataupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”
- Cahaya bulan dan matahari, seperti yang diisyaratkan dalam QS. Nuh ayat 16,
“Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang).”
Dengan adanya ayat-ayat ini, telah mendorong umat Islam untuk terus belajar dan meneliti. Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Ja’far Al Mansur (754—775 M), selain beliau menggiatkan penelitian, sang Khalifah juga mendatangkan ahli-ahli yang menterjemahkan berbagai kitab dari berbagai bangsa ke dalam bahasa Arab. Hasilnya, tidak lama setelah itu, lahir pemikir-pemikir muslim kelas dunia, seperti Ibnu Sinna, Al Kindi, Ar Razi, Al Baruni, dan sebagainya.
Semangat belajar dan meneliti ini, dilandasi perintah Allah dalam QS. An Nahl ayat 14,
“Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur.”
Selain itu mereka juga dipacu untuk menjadi seorang ilmuwan sejati, yang di dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat terhormat. Ini dijelaskan dalam QS. Al Mujadilah ayat 11,
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ‘Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kerjakan.”
Dari adanya ayat tersebut melahirkan pula adanya berbagai penemuan yang didapatkan oleh ilmuwan muslim. Berikut ini beberapa penemuan yang tercatat dalam sejarah.
- Al Farabi menemukan al qanun, yaitu sebuah alat musik yang sangat populer yang kemudian ditiru di Eropa dan disebut dengan piano.
- Ibnu Naafis, pakar kedokteran yang menemukan sirkulasi darah, 300 tahun sebelum servet.
- Abdul Qosim, yang menyelidiki TBC tulang punggung, 7 abad sebelum Percivall Pot menemukannya.
- Ibnu Hayyan, pendiri laboratorium pertama.
- Ibnu Yunus, dalam sejarah ilmu pengetahuan modern, penemu pendulum, 600 tahun sebelum Galileo Galilei.
- Al Khawarizmi disebut Bapak Ilmu Aritmatika
- Ibnu Naafis, pakar kedokteran yang menemukan sirkulasi darah, 300 tahun sebelum servet.
- Abdul Qosim, yang menyelidiki TBC tulang punggung, 7 abad sebelum Percivall Pot menemukannya.
- Ibnu Hayyan, pendiri laboratorium pertama.
- Ibnu Yunus, dalam sejarah ilmu pengetahuan modern, penemu pendulum, 600 tahun sebelum Galileo Galilei.
- Al Khawarizmi disebut Bapak Ilmu Aritmatika
Sejarah juga mencatat, ilmu pengetahuan yang dihasilkan pada masa keemasan umat Islam, semata-mata digunakan untuk kebaikan masyarakat dan tidak dijadikan sebagai alat untuk menindas bangsa lain.
Hal ini didorong oleh perintah Allah SWT untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, dalam upaya memahami tanda-tanda kekuasaan-Nya. Perintah ini disebutkan dalam QS Lukman ayat 20,
”Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.”
Selain itu juga ada perintah bagi umat Islam untuk melakukan segala sesuatu untuk mematuhi perintah Allah SWT, tapi juga ada perintah untuk tidak menimbulkan kerusakan di muka bumi. Perintah ini dituliskan dalam QS. Al A’araf ayat 56,
”Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”
Jelas sekali kalau Islam itu memerintahkan umatnya untuk terus belajar dan mencari ilmu. Orang-orang yang beriman dan mempunyai ilmu pengetahuan, memiliki posisi yang mulia di mata Allah SWT. Jadi, kalau kita mau menjadi orang mulia, jelas jawabannya menjadi orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan.
0 komentar:
Posting Komentar