Wisata biasanya dilakukan untuk menghilangkan penat, jenuh dan
menyegarkan pikiran, tapi di Swiss orang berwisata untuk melakukan bunuh
diri. Di negeri ‘wisata bunuh diri’ ini, kegiatan untuk mengakhiri
hidup dengan bantuan orang lain dianggap legal.
Meski terdengar
aneh, namun wisata untuk melakukan bunuh diri benar-benar ada. Dan kota
Zurich, Swiss menjadi salah satu kota tujuan wisata bunuh diri.
Zurich
telah menjadi tujuan akhir bagi orang-orang di negara terdekat untuk
mengakhiri hidupnya dengan damai. Pemerintah Swiss sangat menghargai hak
asasi manusia termasuk hak untuk bunuh diri. Hal ini membuat praktik
bunuh diri dengan bantuan (assisted suicide atau secara medis dikenal
dengan nama euthanasia) di Swiss sudah menjadi praktik legal selama
berpuluh tahun.
Sejauh ini, ada sekitar 150 warga Inggris yang
telah melakukan wisata bunuh diri dan mengakhiri hidupnya di Dignitas
Clinic, Zurich.
Salah satu wisatawan bunuh diri adalah Dr Anne
Turner yang berasal dari Inggris. Putrinya, Sophie Pandit (46 tahun)
membawanya ke Dignitas Clinic untuk membantu mengakhiri hidup pada
Januari 2006.
Dr Turner yang saat itu berusia 66 tahun bertekad
untuk mengakhiri hidupnya setelah didiagnosa menderita penyakit
degeneratif neurologis PSP (palsy supranuclear progresif). Hal ini
dilakukan karena ia telah menyaksikan suaminya yang meninggal secara
‘mengerikan’ karena penyakit yang sama.
“Kami tidak melihat
pilihan hidup dan mati, tetapi penderitaan atau kematian yang cepat dan
tanpa rasa sakit,” ujar Sophie Pandit, seperti dilansir BBCNews.
Selain
warga asing, warga Zurich pun melakukan bunuh diri tersebut. Salah
satunya adalah ibu dari penduduk Zurich bernama Kristen Bretscher.
“Ketika
kita berbicara tentang hak asasi manusia, saya pikir itu termasuk hak
untuk memutuskan tentang kematian juga,” ujar Kristen Bretscher.
Tujuh
tahun yang lalu, ibu dari Bretscher memilih untuk bunuh diri dengan
bantuan (euthanasia) ketimbang harus hidup lumpuh karena arthritis.
Ibunya meminta Bretscher untuk membantunya, dan Bretscher pun mendukung
dan tidak menyesalinya.
“Ada semacam kebahagiaan dan rasa syukur di mata ibu saya. Saya tidak akan pernah melupakan itu,” jelas Bretscher.
Bretscher
tetap yakin bahwa cara ibunya meninggal merupakan solusi terbaik, bukan
hanya untuk dirinya, tetapi untuk orang yang ditinggalkannya.
“Kami
memiliki kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada ibu saya
di sebuah kedekatan yang tidak biasa. Biasanya orang meninggal suatu
saat di suatu tempat di rumah sakit jauh dari keluarga mereka. Saya
sangat yakin bahwa untuk ibu saya itu adalah cara yang indah untuk
mengucapkan selamat tinggal kepada kami, dan bagi saya itu adalah cara
yang sangat indah untuk mengucapkan selamat tinggal kepada ibu saya,”
jelasnya.
Tapi praktik bunuh diri legal ini telah membuat warga
kota Zurich gerah karena malu negerinya dijuluki sebagai negeri untuk
wisata bunuh diri. Hal ini karena banyak warga asing datang ke kota
mereka hanya untuk bunuh diri.
Warga kota Zurich mengikuti
referendum berkaitan dengan wisata bunuh diri ini. Ada dua pilihan dalam
proposal referendum, yaitu melarang praktik bunuh diri sama sekali dan
yang kedua hanya membatasinya untuk masyarakat Zurich saja.
sumber: detik.com
Kamis, 19 Januari 2012
Wisata Bunuh Diri, Mau Coba?
03.03
Andika Irfan
No comments
0 komentar:
Posting Komentar